"Kehidupan, mungkin adanya kehidupan karena kehidupan itu sendiri, dan definisi kehidupan itu masih belum di definisikan, mengapa dan kenapa " Hasan

Selasa, Mei 23, 2017

Bangsa yang Melupa

Kasih
bukankah sebuah taruhan itu
mempertaruhkan segalanya
kita bertaruh, mendapat segalanya atau tidak apapun?
--------------------------------------------------------------------------------------------------


terjebak dalam tulisan Emha Ainun Nadjib yang berjudul "keder terhadap harta", saya merasa berfikir berkali kali untuk meng'iya'kan apa yang ditulis oleh Cak Nun

sekolah bertahun-tahun bahkan puluhan tahun hanya untuk keder terhadap harta, kagum terhadap teknologi, begitu kata tulisan itu. kita lihat lebih lanjut budaya di Nusantara khususnya, orang-orang di Nusantara kebanyakan memiliki motivasi ilmu hanya untuk mempermudah hidup, padahal kata orang jawa
"ilmu iku lakune kanthi laku"
pergeseran nilai keilmuan ini membuat masyarakat Nusantara semakin menjadi masyarakat yang "pacaran" masih belum menikah, karena masyarakat kita disini masih banyak yang berandai-andai untuk tidak menyadari betapa urgensinya/pentingnya sebuah ilmu yang seharusnya digunakan dengan lebih baik, bukan untuk sekedar pencari harta, maupun pekerjaan

coba dilihat dari sejarahnya, Nusantara merupakan pusat keilmuan pada masa ke masa, dari awal adanya agama sampai sekarang. kita ambil contoh kerajaan kalingga, kerajaan ini memiliki kitab undang-undang sebelum seluruh dunia memilikinya, nama kitab undang-undang tersebut adalah "Kalingga Dharma Sastra" yang telah mengatur kehidupan pada awal abad ke 6. Contoh lagi, sejarah Wayang, wayang milik siapa? milik bangsa Nusantara sendiri tentunya, dahulu di Nusantara memiliki wilayah yang luas, sehingga yang namanya India adalah provinsi dari Nusantara yang ditugaskan untuk membukukan kehebatan-kehebatan tokoh perwayangan tersebut, mereka hanya membukukan bukan memiliki. tetapi banyaknya sejarah yang telah terhapus ataupun dihapus oleh pemegang kekuasaan tertinggi menjadikan bangsa ini lupa akan 'garuda'nya.

Bangsa Nusantara seharusnya bangga akan keilmuannya karena disinilah pusat ilmu-ilmu berjalan. tetapi banyak orang lupa atau sengaja melupakan Nilai yang tersirat daripada yang tersurat khususnya terbutakan dengan yang namanya materi.

tetapi tak apalah, bangsa ini memang harusnya masih belajar. seorang dengan keilmuan yang tinggi harus merendah dan dengan kebesaran hatinya harus mengatakan bahwa dia tidak mengetahui apa-apa. tetapi jika bangsa Nusantara telah berani mengambil keputusan untuk "memangku" dunia, maka beberapa hal memang harus dibenahi ataupun dihancurkan.
keputusan untuk mendapatkan segalanya atau tidak apapun harus segera dijalani
sekali lagi materi itu membutakan seperti kapas kapas yang beterbangan, maka ambillah sebilah pedang dan tebas kapas itu satu persatu......

stereo
23 mei 2016

0 komentar:


Designed by
Blog Need Money | Distributed Deluxe Templates