“Hujan tidak pernah melakukan penolakan”
.................
Hal itu
yang kufikirakan saat pertama kali melakukan perjalanan ke sumber maroon dan
kehujanan selama 2 jam perjalanan. Aku merasa iiri dengan hujan, hujan selalu
menerima bahkan dalam penerimaannya dia memberi. Konsep penerimaan ada di
seluruh alam semesta, misalnya saat ini, hujan, sumber air bahkan yang paling
dekat dengan aku yaitu jasmani.
Kita
telaah lebih lanjut kata penerimaan ini, manusia yang dikenal sebagai makhluk
dari entitas tertinggi, memiliki penerimaan bermacam-macam, dalam rohani biar
orang itu sendiri yang tahu tetapu untuk jasmani, semua manusia memiliki
penerimaan total terhadap keputusan dari entitas Tertinggi, karena kita semua
tahu jasmani tidak memiliki kehendak bebas. Manusia diberi kehendak bebas, jika
manusia tidak berusaha memahami kehendak bebas ini manusia berada dalam konsep
budak, karena secara keseluruhan konsep budak ini ada dalam manusia kecuali
satu hal, akal.
..............
“He who
cannot obey himself, will be commended”
..............
Nietsczhe pernah menyatakan dalam
thus spoe zarathustra bahwa manusia untuk dimensi pertama akan menjadi unta,
yaitu dengan kata lain budak, unta yang tidak akan melawan, menerima segala
yang diberi bahkan ketika diberi beban di punuknya. Inilah manusia dalam
dimensi pertama, manusia akan menjadi budak jika tidak memiliki kehendak untuk
bebas. Tentu dalam arti bebas dalam diri sendiri.
Setelah kebebasan jasmani bisa
tercapai, kebebasan budak bisa dicapai manuusia akan menjadi singa. Secara
langsung memang singa tidak bisa menjadi budak layaknya unta, tetapi dalam sisi
lain singa selalu diperbudak, diperbudak oleh instingnya sendiri atau dengan
kata lain budak akal. Untuk manusia dimensi dua ini, banyak manusia yang tidak
bisa mencapainya karena kebanyakan manusia bisa menerima sebagai unta, karena
semuanya tercukupi.
Akal yang menurut nietsczhe tak
terhingga tetapi pada akhirnya Nietszche memberontak akalnya lagi, akal
terhingga sampai kata ‘puas’ tercapai, ketika singa sudah terpuaskan atau
bahkan manusia sudah mencapai kebijaksanaan tertinggi, konsep dimensi
selanjutnya yaitu digambarkan oleh Nietsczhe menjadi anak kecil, manusia
dimensi ini tidak memiliki konsep apapun, manusia yang terbebas dari manfaat atau
bukan, baik atau bukan, memiliki tujuan atau tidak, itulah anak kecil, dengan
kepolosan senyum.
Cerminan terakhir dari dimensi
terakhirnya adalah mitologi dionisius yang menolak ritmenya apollo, dionisius
merupakan antitesis takdirnya apollo. Walaupun ini hanya mitologi tetapi
disitulah leyak manusia sesungguhnya yang dinamakan kehendak bebas.
Bukan jasmani, bukan rohani
ataupun akal, kehendak bebas merupakan kehendak bebas. Kehendak adalah suatu
kemampuan. Manusia bukan tidak sejalan dengan entitas Tertinggi. Entitas
Tertinggi dengan sadar memberi kehendak bebas dan akal bagi manusia,
perkembangan akal harus memang tak tetrhingga agar bisa mencapai cita-cita
entitas Tertinggi. Manusia memang tidak bisa sepenuhnya bisa menerima seperti
hujan, sawah, sumber air bahkan jasmani. Jadi apakah memang takdir itu
diperlukan oleh manusia? Tanyakan kepada diri sendiri.
...................
Manusia adalah rahasia Tuhan
.................
Hujan, sumber air bahkan apa yang
ada di dalam seluruh alam semesta ini mencerminkan penerimaan mutlak makhluk
kepada entitas tertinggi, tapi manusia adalah rahasia entitas tertinggi,
begitulah yang dikatakan muhammad iqbal dalam bukunya. Manusia dan entitas
tertinggi memberika warna bagi kehidupan bumi. Sampai sekarang akupun masih berfikir
tentang keindahan yang bernama manusia . aku tidak sekalipun menoloka manusia
ataupun bahkan menerimanya tetapi hal ini memang patut untuk difikitrkan.
Keindahan akal manusia mana lagi yang lebih inidah dari manusia itu sendiri.
................
Lihatlah manusia
Tuhanpun rahasia manusia
.................
Sumber maron 3 des 2016
0 komentar:
Posting Komentar