Aku berjalan menyusuri lorong ruang
Yang pada proses itu
Aku menyadari bahwa waktu merupakan ruang
Kuhabiskan ruang waktu untuk menyusuri ruang lainnya
Sampai akhirnya aku menyadari
Bahwa aku tidak pernah beranjak dari tempatku
Manusia belum
sepenuhnya menyadari siapa dirinya, makhluk apa itu dirinya, hanya beberapa
gelintir manusia yang menyadari hal itu sepenuhnya, mungkin bisa dihitung
dengan hitungan jari. Coba lihat perbandingannya dengan populasi total manusia
yang ada di muka bumi

Agus Sunyoto dalam buku
7loginya , buku ketiga mengkisahkan tentang betapa manusia itu masih belum
sadar dengan kisah orang buta yang diundang raja untuk makan bersama raja:
“suatu hari sekawanan
orang buta diundang ke pesta jamuan bersama raja. Pada hari yang ditentukan
merekapun datang ke kerajaan. Meja-meja telah ditata indah dan rapi, hidangan
lezat dimana-mana dan raja duduk di ujung meja tersebut. Sekawanan orang buta
mulai memasuki ruang, selangkah demi selangkah hingga salah satu dari mereka
menabrak meja makanan sehingga menumpahkan makanan yang ada di meja. Raja hanya
tersenyum. Kemudian orang buta mulai menyalahkan penata meja. Kawanan orang
buta lain juga ikut menyalahkan penata meja’
Itulah letak manusia
sekarang di alam semesta ini, semua sudah tertata indah dan rapi tanpa
keburukan sedikitpun tetapi kebanyakan manusia masih buta seperti halnya orang
buta yang ada dalam kisahnya agus sunyoto tersebut. Jika hal itu bisa dikatakan
wajar, karena manusiawi maka apakah jika orang buta mulai mengobrak abrik
seluruh kerajaan juga bisa dikatakan wajar karena kebutaan ?
Semua konsep kebutaan
manusia sudah mulai dikaji oleh par pemikir pada zamannya. Pada awalnya kitab
suci etika Nichomacean Aristotle mengkonsep bagaimana manusia seharusnya
beretika tetapi Aristotle juga belum bisa menemukan dirinya di dalamnya,
kemudia ada konsep Insan Kamilnya Ibnu Arabi tetapi beliau juga belum bisa
mencapainya yang paling terbaru ada konsep “manusia yang melampaui” (Overman)
miliknya Nietzsche juga menyatakan kesempurnaan manusia tetapi Nietszhe juga
belum menemukan konsep itu pada manusia bahkan dirinya masih jauh dari konsep
overmannya, Nietzsche mengatakan bahwa sesungguhnya overman adalah seorang
bayi.

Rumi dalam Mastnawi
menyairkan beberapa kesadaran yang harus ditempuh oleh manusia, seperti salh
satu syairnya yang kurang lebih seperti ini
“ lihatlah, Kecantikan mana yang tidak memudar
Bangunan apa yang tidak runtuh”
Tetapi dalam beberapa
hal manusia belum sadar akan kekurangan tentang kebutaan manusia itu sendiri. Jika
dimulai dengan diri sendiri, apakah manusia sudah sepenuhnya bisa mengendalikan
tubuhnya? Tentu saja tidak, hanya pikiran yang bisa dikendalikan oleh manusa,
semuanya yang berhubungan dengan alam semesta yang ada dalam tubuh manusia,
manusia masih belum bisa mengendalikan. Manusia hanya setitik noktah kecil dari
seluruh alam yang bersifat seperti orang buta.
Terus apakah manusia
itu? Manusia tidak lain halnya dengan hanya sebuah makhluk , masih belum
menjadi manusia sepenuhnya, jangan terlalu manusiawi terjebak dengan apa yang
biasanya disebut keinginan. Jika kebanyakan manusia terjebak dengan sebuah
keinginan, lalu apa yang akan terjadi dengan senyum sang raja ? masih mending
jika sang raja akhirnya tertawa, tetapi jika sang raja bosan untuk tersenyum,
coba bayangkan.
Manusia yang terlalu manusiawi akan merusak karena
tidak ada kesadaran diri.
Dalam berdiri aku bersujud
Dalam berjalan akupun juga bersujud
Dalam berlali, aku masih mencari kenapa aku bersujud
Dalam sujudku, aku menemukan
Bahwa aku terlalu angkuh
G3
2 march 2017
0 komentar:
Posting Komentar