Kapal Kita Sudah berlayar
Pelabuhan Sudah kita bakar
Apakah Kita akan Rindu Jalan Pulang?
(Friedrich W Nietszche)
Prosa
indah Nietszche yang ada di salah satu bukunya seolah-olah 2 kalimatnya berkata
kepadaku “kita akan pergi dan tak akan kembali! Siapkan komitmenmu!” tetapi
ditambahi dengan kalimat ketiga yang sangat menusuk yang menurut saya
mempertanyakan komitmen orang-orangnya seperti “kamu ragu?”. Kalimat ketiga
bagaikan skak yag mengancam raja dan ratu dalam papan catur yang membuat
pemainnya berfikir dua sampai sepuluh kali untuk melanjutkan langkahnya.
Berlaya
yang berarti meninggalkan tempat asal adalah kegiatan yang memiliki tujuan yang
tidak pasti, dalam banyak bukunya Nietszche mengatakan dengan aphorismenya
(kata-kata selubung) bahwa menurutkulaut merupakan hal yang sangat indah, hal
yang paling indah, tetapi megerikan, ia (laut) dibalik keindahannya merupakan
hal bagaikan monster yang cantik, jika kamu beruntung maka kamu akan menemukan
suatu hal yang baru maka dengan hal yang baru itu banyak yang akan terjadi di
hidupmu, berubah menjadi orang terkenal ataupun orang kaya. Tetapi jika tidak! Kamu
akan terus menerus mengambang tanpa ada tujuan yang jelas dan akhirnya berakhir
diatas laut
Serta kalimat
ketiga mempertanyakan komitmen, berapa banyak taruhan yang akan dipertaruhkan? Itulah
artian luas dari prosa tersebut tentang laut, cita-cita dan pertaruhan tetang kehidupan.
Tetapi
ketika aku ikut membakar pelabuhan kotaku hingga hancur lebur bersamanya dengan
sejumlah cara untuk menunjukkan komitmenku, dan setelah itu aku ikut berlayar dengan kapal indah yang dia
punya, akupun tertawa melihat kebakaran yang telah kita buat. Tetapi setelah
beberapa bulan aku berlayar bersamanya, aku menemukan hal hal baru yang sangat
indah memang, tetapi setelah menerima banyak keindahan itu akupun mulai
berfikir tentang kalimatnya yang mempertanyakan tentang rindu, akupun
menjawabnya dengan sangat pasti bahwa aku sangat merindukan jalan pulang. Aku sangat
terlalu takut untuk berhadapan dengan keindahan yang ada di depan mataku tanpa
tujuan, walaupun memang indah tetapi aku sangat merindukan jalan pulang
Dengan tegas
sekali lagi bagwa aku mengatakan bahwa aku sangat merindukan jalan pulang
karena memang terlalu lama aku berada disisinya menikmati segala hal indah,
yang baru kudapat saat bersamanya karena di tempat asalku tidak mungkin ada hal
hal yang seperti ini
Dan akhirnya
aku minta maaf kepadanya, meminta api dari koreknya setelah kulumuri diriku
dengan minyak. Dengan banyak hal indah yang kudapatkaan disisinya akau sangat
berterimakasih dan setelah kata itu tersirat di mataku aku mulai membakar
diriku dengan api sampai diriku menjadi abu.
Di bawah sinarnya 0:15
27 februari 2017
0 komentar:
Posting Komentar