Bolehkah aku hanya
berbaring diatas bumi, setengah terpejam sembari menikmati keindahan yang terus
berlangsung di atas bumi? Merekapun tahi dengan pasti bahwa tanpaku, tanpa
kehadiranku, kasih, keindahan akan terus berlangsung dengan sebagaimana
mestinya. Yang menyedihkan buatku adalah mereka juga tahu, dengan pastinya,
tanpamu juga, Kasih, Dunia ini akan tetap indah, menjalankan keindahan dengan
sebagaimana mestinya.
Setelah hanya seperempat terpejam, akupun merenung.
Merenenung tentangmu, Kasih, dan tentu saja cita citaku. Aku memiliki cita-cita
yang terlalu tinggi untuk sekedar manusia, sampai-sampai aku tidak bisa hidup
di masa sekarang ataupun masa depan. Tetapi kehadiranmu, Kasih, merubah
segalanya, merubah setiap detik kecita-citaanku, cita-citaku hancur tetapi aku
telah merasa, merasakaannya di masa sekaranglah aku sempat berbahagia,
berbahagia sebagai manusia, berbahagia untuk hidup, dan tentu saja berbahagia
untukmu.
Jika kau tahu, kasih, mengapa hadirmu membuatku bahagia?
Kau mungkin akan enggan menemuiku lagi. Karena itu adalah suatu alasan yang
mungkin sangat kau benci, maafkanlah aku Kasih. Bukan karena apapun tetapi
hanya saja, aku adalah seseorang, seseorang yang belum sempat menjadi manusia,
dan seseorang yang hanya bisa berfikir, tentu saja memikirkan segalanya. Karena
setiap apa yang akan kugerakkan, akan dengan pasti menjadi keabadian, aku takut
dengan itu. Tapi sekali lagi hanya itulah yang bisa kukatakan padamu,
maafkanlah aku, Kasih.
Tetapi, Kasih. Untuk beberapa saat akupun sampai pada
pemikiran kenapa harus kamu? Kenapa juga harus aku? Jika suatu saat kau
menemukan jawaban tentang kenapaku ini, kuharap kamu sudah tidak mengetahui
keberadaanku. Karena banyak hal yang harus kukejar untuk menjadi manusia
sepertimu, dan juga karena aku memanglah sudah membunuh diri sendiri sejak
sebelum kehadiranmu sampai saat kaupun hadir dalam setiap sekarangku dan
ketidakhadiranmu dalam kesekaranganku. Tak terhitung berapa kali aku membunuh
diri, membunuh setiap nadiku dan tiap jiwa yang telah meng-aku. Aku memang tak
pernah hidup, kasih, aku sudah menyadari hal itu.
Kasih, apapun dan apapun yang telah kusampaikan ini,
jangan kau jadikan sesuatu yang mengganjal, bukan karena apapun juga, tetapi
karena keberadaanku yang hanya esensi. Dan semenjak bertemu denganmu, kasih,
kaulah cita-citaku yang akan datang dan yang akan datang lagi. Dan biarah untuk
kali ini aku memejamkan matan dan bermimpi, tentu saja bermimpi tenatang
cita-citaku dan aku.
Membunuh malam
16 Lanuari 2017
0 komentar:
Posting Komentar