Kesuksesan
bukanlah terpenuhinya "keinginan", karena yang namanya keinginan tidak
akan menggiring kita pada sesuatu yang sebenarnya, melainkan hanya
fatamorgana kehidupan yang tidak ada habisnya, sementara usia semakin
senja. Dari jauh kelihatan menyegarkan, setelah didekati ternyata tidak
ada air di tempat itu. Dan ia melihat ada air lagi ditempat yang lebih
jauh, setelah didekati ternyata air itu tidak ada lagi, dan begitulah
seterusnya. Dalam praktik kehidupan dunia nyata,
dapat diilustrasi seperti orang miskin. Ketika dia miskin maka dia
ingin kaya, tetapi ketika dia sudah kaya, apakah dia sudah tidak perlu
memiliki harapan untuk sukses lagi? ataukah sudah selesai hidupnya?
tentu mereka akan menjawab belum, sebab orang miskin yang sudah menjadi
kaya kana merasakan bahwa kekayaan yang telah diperolehnnya itu kini
adalah hal yang biasa saja. Ia ingin lebih kaya lagi, dan ketiak dia
menjadi super kaya, ternya dia memberikan jawaban yang sama, karena
kekyaan bukanlah kesuksesan baginya, ia menginginkan kesuksesan lain
yang lebih menjanjikan.
Kesuksesan adalah terpenuhinya "Kehendak" Sejati di dalam diri. Kehendak
sejati itulah yang memberikan peran kepada kita. Peran itu diwujudkan
dalam bentuk fitrah dan talenta.Fitrah adalah sifat-sifat ketuhanan yang
diberikan kepadamanusia. Dengan sifat-sifat inilah manusia memiliki
dorongan untuk berbuat kebajikan sebanyak-banyaknya, meniru sifat Allah
sehingga terbentuk tatanan yang penuh rahmatan lil alamin. Dorongan
fitrah ini dimiliki semua orang. asal mau jujur untuk memahami dorongan
dari dalam dirinya, maka setiap orang-kelompok-masyarakat-bangsa, tidak
akan terjebak pada keinginan egoistik yang ditunggangi aktor antahonis;
Iblis dan setan. Jika pada setiap orang terdapat fitrah yang sama, maka
talenta berbeda-beda pada setiap orang. Ada yang memiliki talenta
sebagai ilmuwan, ada yang cenderung menjadi pedangang, artis, juru masak
dan sebagainya dan seterusnya.
Gabungan antara fitrah dan talenta itulah yang membentuk peranmasing-masing orang. Sehingga siapa saja yang memahami talentanya dan menjalankan dengan mengikuti dorongan fitrahnya dan tidak terjebak pada keinginan yang ditunggangi aktor antagonis Iblis dan Setan, maka dia akan menjadi orang yang sukses. Misalnya; kalau dia menjadi seorang ilmuwan, maka karya-karyangan akan menjadi terobosan yang sangat mengagumkan dan menjadi jalan keluar bagi persoalan-persoalan kehidupannya dan orang-orang yang disekitarnya. Kalau dia menjadi pedangang, maka dia akan menjadi pedangan yang jujur dan baik, bukan hanya mencari keuntungan pribadi, seperti kapitalis dunia dewasa ini,yang keserakahannya telah menghancurkan perekonomian dunia, membawa korban kemiskinan sementara mereka tetap kaya raya.
Gabungan antara fitrah dan talenta itulah yang membentuk peranmasing-masing orang. Sehingga siapa saja yang memahami talentanya dan menjalankan dengan mengikuti dorongan fitrahnya dan tidak terjebak pada keinginan yang ditunggangi aktor antagonis Iblis dan Setan, maka dia akan menjadi orang yang sukses. Misalnya; kalau dia menjadi seorang ilmuwan, maka karya-karyangan akan menjadi terobosan yang sangat mengagumkan dan menjadi jalan keluar bagi persoalan-persoalan kehidupannya dan orang-orang yang disekitarnya. Kalau dia menjadi pedangang, maka dia akan menjadi pedangan yang jujur dan baik, bukan hanya mencari keuntungan pribadi, seperti kapitalis dunia dewasa ini,yang keserakahannya telah menghancurkan perekonomian dunia, membawa korban kemiskinan sementara mereka tetap kaya raya.
0 komentar:
Posting Komentar