Melihat, memandang atau bahkan “menghakimi” adalah beberapa
kegiatan yang dilakukan oleh mata, entahlah apa ittu mata yang ada di
kepala atau apa yang dinamakan mata jati. Dengan semua fungsi tersebit
apakah hal itu berkah atau musibah? Ataukah musibah atau berkah itu
ditangguhkan oleh penggunanya? Atau lagi takdir telah memilih mata untuk
berperan sebagai fungsi tersebut? Ah jika saja semuanya diserahkan
kepada takdir, tak usahhlah manusia diberi akal, betapa bodohnya aku ini.
Mataku melihat sendiri banyak orang yang membutakan diri terhadap 180 derajat yang terpampang di depan matanya, ah mungkin aku sendiri yang melakukannya, aku melihatnya tapi aku acuh pada hal-hal lain yang ada di bagian lain, ah mungkin mataku ini buta sebelah, yang kulihat hanya sekitar 90 derajat yang ada di depanku, aku mengacuhkan bagian besar lainnya.
Mataku memandang sendiri dengan banyak perspektif dan aku sendiri mungkin memang seorang yang egois,aku hanya menggunakan mataku untuk memandang yang indah-indah menjauhi hal yang tidak indah, mataku jijik jika melihat hal yang tak indah.
Mataku sendiri juga menghakimi banyak hal, baik buruknya suatu hal, bahkan aku dengan egoku sendiri mampu memilah mana yang benar-benar bai dan mana yang benar-benar buruk, ah aku me-nuhan-kan diriku sendiri.
Aku sendiri pernah berpikir dimana dunia tanpa bermata, dunia yang penuh dengan kepedulian tanpa melihat, tanpa memandang, tanpa memilah-milah kebenaran tanpa membedakan. Apakah dunia tanpa mata ini bentuk dunia yang sempurna? Ah aku menghakimi yang menciptakan mata ini.
Stereo caffe
maret 2016
0 komentar:
Posting Komentar