"Kehidupan, mungkin adanya kehidupan karena kehidupan itu sendiri, dan definisi kehidupan itu masih belum di definisikan, mengapa dan kenapa " Hasan

Minggu, Desember 17, 2017

Sepatah Kata

"Jika saya tidak mengambil eksistensi diri saya sendiri, absurd rasanya untuk terus hidup"
Jean-Paul Sartre
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
 Beberapa patahan kata yang sempat terscreenshot dari hp tulali. ada yang dari beberapa teman dan ada yang dari bisikan-bisikan yang membuat saya mematahkan kata untuk saya buat meme. bisa anda tertawakan, bisa anda buat sedih, atau bahkan malah bisa menjadi sumbu pikiran, terserah pembaca ingin menafsirkan seperti apa. hehe

Berikut yang dari beberapa teman:





 



Berikut ini bisikan-bisikan yang saya patahkan untuk menjadi sebuah meme:


 







dalam setiap patahan kata diatas, tidak ada urutan di dalamnya, setiap gambar memiliki esensinya sendiri. mungkin juga tidak ada hubungan dari setiap gambar ke gambar lainnya. karena satu-satunya hal yang bisa menembus keabadian dan ketakhinggaan adalah "kata". kata merupakan sesuatu yang melampaui esensi. jadi jangan sekali-kali mendefinisikan kata. karena kata bukanlah sebuah definisi, dia hanya pengantar untuk pengertian. karena terkadang definisi memenjarakan kata

Rabu, Desember 13, 2017

Peribahasa

Sugih Tanpa Bondo
Digdoyo Tanpo Aji
Trimah Mrawi Pasrah, Sepi Pamrih, Tebih Ajrih
Langgeng Tanpo Susah, Tanpo Seneng, Antheng Mantheng
Sugeng Jeneng
(S. Kartono)
......................................................................................................................................................
“Setiap Hal Memiliki Keindahan, Hanya Sedikit Orang yang Mampu Melihat Keindahan”
......................................................................................................................................................


“ Sambil menyelam minum air” celetuk hasan mengambil satu peribahasa sastra yang sangat terkenal, walaupun sampai sekarang, hasan tidak tahu siapa pencipta satu frasa peribahasa itu
Akbar lewat di depan warung hasan, tak sengaja mendengar lamunan hasan tentang peribahasa tersebut.
“kopi satu, san” pesan akbar karena dia langganan di warung kopi tersebut.
“siap mas” jawab hasan sigap.
“tumben koq sepi, biasanya anak anak udah rame jam segini” Akbar melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 19.00. jam tangan itu unik karena memiliki gambar yang imut. Bayangkan manusia sefilsuf Akbar menggunakan jam tangan bergambar mickey mouse yang lagi mengejar pluto.
Setelah beberapa menit berlalu, kopi pun siap disuguhkan kepada Akbar.
“ini mas kopinya, iya mas sepi ini. Mungkin malam masih terlalu malam mas, haha” jawab hasan bercanda
“mana ada malam terlalu malam untuk secangkir kopi” Akbar bertele-tele sambil menyeruput kopi di lepeknya “tadi kamu bilang apa? Sambil menyelam minum air? Emang bisa?” Akbar menanyakan peribahasa saat hasan sedang melamun.
“iya mas, ya bisa mas. Maksudnya gini loh mas. Sambil jualan kopi kayak sekarang, saya tak nyambi jualan gorengan kalau saya bisa atau jual yang lain. Toh ga repot kalau masalah tempat dan waktu” jawab hasan menemani Akbar di warung kopi itu.
“ya ga bisa, kamu menyelamnya di mana dulu. Kalau kamu menyelam di air laut, kamu mau minum air asin? Tapi dimana lagi tempat menyelam selain di air asin, kalaupun ada, kamu mungkin tidak bisa melihat beberapa keindahan alami lautan” pemikiran filsuf Akbar mulai keluar
“waduh mas, sampean gagal paham. Itu Cuma peribahasa mas, Cuma peribahasa jangan terlalu dipikirkan” hasan ngeyel
“bukannya gitu, kalau cari peribahasa itu. Cari peribahasa yang cocok, jangan yang aneh aneh” jawab Akbar meneguhkan jawabannya
“ga ada yang cocok, kalaupun ada yang mirip ya itu mas, sekali dayung dua pulau terlampaui, kan aneh juga kalo dipikir kayak pemikirane samean mas. Mana ada pulau yang sekecil sekali dayung?  Apa lagi ini dua pulau yang terlampaui, setiap kata yang dimaknai terbiasa hancur pada artinya” jawab Hasan
“udah tahu ga ada yang cocok, masih ngeyel aja. Ada satu kekurangan dalam kedua peribahasa tersebut san!” Akbar mulai dengan pernyataan anehnya “kedua peribahasa itu mengesampingkan keindahan. Coba kamu minum air pas nyelam, pasti kelepeken! Kalau nyelam ya nyelam aja nikamti dan syukuri keindahan. Dan coba sekali dayung kamu bisa melewati dua pulau, kamu pasti tidak thau betapa indahnya ciptaan Tuhan yang ada di satu pulau saja, andaikan kamu tahu, kamu pasti tidak bisa lepas dari ucapan syukur akan satu keindahan apalagi dua. Manusia sekarang terlalu fokus kepada hasil akhir tidak pada prosesnya, kebutaan membuat hati manusia menjadi keras”
“benar juga samean mas, berarti saya ga usah jual gorengan ini?” tanya hasan
“koq sampai gorengan, lah aku kan bahas peribahasa itu tadi” jawab Akbar
“penjelasane samean tadi seolah-olah ngomong gitu mas. haha” hasan tertawa seolah olah menemukan celah pemikiran Akbar
“waduh, kamu yang gagal paham keliahatannya, san. Aku hanya mau ngomong kamu harus nikmati proses, walaupun kamu punya kekuatan untuk melewati proses itu secepatnya. Karena setiap proses merupakan sebuah pelajaran berharga yang tidak akan dibaca oleh setiap manusia. Bacalah prosesmu, carilah dan temukan keindahan dari proses itu. Nanti kamu ga akan menemukan suatu penyelasan atas apapun. Kamu bakal hidup puas akan hasil apapun yang kamu dapat.” Penyataan akbar yang panjang
“waduh mas, apa manusia bisa merasa puas? Manusia yang sepertiku ini? Apakah hasil akhir memang akan selalu ada, samean sendiri yang selalu bilang bahwa kerja keras tidak mennentukan hasil akhir, kerja keras hanyalah hiburan? Sekarang samean berkata tentang hasil” tanya hasan bertubi
Akbar terdiam. Bengong terhadap pemikiran hasan yang selalu aneh dan selalu menggunakan kata-katanya untuk menyerang balik pernyataannya.
“bahasanmu sudah beda, aku kan tadi bilang hasil apapun, puas dalam artian puas dalam suatu proses, san. Tanpa penyelasan dalam setiap hasil. Maksudnya sugeh tanpo bondo, digdoyo tanpo aji, trimah mrawi pasrah, sepi pamrih tebih ajrih. Langgeng tanpo susah, tanpo seneng, antheng mantheng. Sugeng jeneng” Akbar menggunakan falsafah jawa untuk menjawab pertanyaan hasan yang satu ini
“memang tingkatan manusia bisa seperti itu mas? Mana ada sekarang yang seperti itu? Ok lah, katakanlah manusia yang khalifah bisa seperti itu. Tapi tingkatan kita kira-kira bisa seperti itu?” seperti biasa pertanyaan hasan bertubi tubi
“makannya dicoba, san. Sugeh asline yo gawe bondo tapi ojo akeh akeh, digdoyo yo gawe aji, tapi ojo akeh akeh. Nerimo yo nerimo tapi nek di idek-idek terus mosok kudu nerimo, yo paling ga neng ati sek iso ngresulo. Sepi pamrih dijajal titik, paling ga iso gawe mangan dino iki. Tebih ajrih, wedi karo Pengeran olehe, nek karo menungso, tathak ae. Langgeng tanpo susah tanpo seneng, iki sing paling angel, ga enek kebahagiaan blas, usahakno nek awakmu susah ojo terlalu susah, nek bahagia anggepen biasa ae, antheng mantheng, fokus neng Pengeran ae san. Terus sing terakhir bakale sugeng jenengmu, awet bakale jenengmu, neng ndunyo karo neng langit, kabeh makhluk kenal jenengmu” Akbar memperjelas
“wis mas? Kopine diombe disik” hasan menengahi pemikiran aneh Akbar
Kedua orang ini menyeruput kopinya, diselingi diam beberapa saat dan akhirnya hasan menyahut “emangnya samean sudah seperti itu mas?”.  

2:43, 25 september 2017
Mayjend Sungkono, Magetan

Senin, Agustus 14, 2017

Diatas Penerimaan



“Hujan tidak pernah melakukan penolakan”
.................
                Hal itu yang kufikirakan saat pertama kali melakukan perjalanan ke sumber maroon dan kehujanan selama 2 jam perjalanan. Aku merasa iiri dengan hujan, hujan selalu menerima bahkan dalam penerimaannya dia memberi. Konsep penerimaan ada di seluruh alam semesta, misalnya saat ini, hujan, sumber air bahkan yang paling dekat dengan aku yaitu jasmani.
                Kita telaah lebih lanjut kata penerimaan ini, manusia yang dikenal sebagai makhluk dari entitas tertinggi, memiliki penerimaan bermacam-macam, dalam rohani biar orang itu sendiri yang tahu tetapu untuk jasmani, semua manusia memiliki penerimaan total terhadap keputusan dari entitas Tertinggi, karena kita semua tahu jasmani tidak memiliki kehendak bebas. Manusia diberi kehendak bebas, jika manusia tidak berusaha memahami kehendak bebas ini manusia berada dalam konsep budak, karena secara keseluruhan konsep budak ini ada dalam manusia kecuali satu hal, akal.
..............
                “He who cannot obey himself, will be commended”

..............
Nietsczhe pernah menyatakan dalam thus spoe zarathustra bahwa manusia untuk dimensi pertama akan menjadi unta, yaitu dengan kata lain budak, unta yang tidak akan melawan, menerima segala yang diberi bahkan ketika diberi beban di punuknya. Inilah manusia dalam dimensi pertama, manusia akan menjadi budak jika tidak memiliki kehendak untuk bebas. Tentu dalam arti bebas dalam diri sendiri.
Setelah kebebasan jasmani bisa tercapai, kebebasan budak bisa dicapai manuusia akan menjadi singa. Secara langsung memang singa tidak bisa menjadi budak layaknya unta, tetapi dalam sisi lain singa selalu diperbudak, diperbudak oleh instingnya sendiri atau dengan kata lain budak akal. Untuk manusia dimensi dua ini, banyak manusia yang tidak bisa mencapainya karena kebanyakan manusia bisa menerima sebagai unta, karena semuanya tercukupi.
Akal yang menurut nietsczhe tak terhingga tetapi pada akhirnya Nietszche memberontak akalnya lagi, akal terhingga sampai kata ‘puas’ tercapai, ketika singa sudah terpuaskan atau bahkan manusia sudah mencapai kebijaksanaan tertinggi, konsep dimensi selanjutnya yaitu digambarkan oleh Nietsczhe menjadi anak kecil, manusia dimensi ini tidak memiliki konsep apapun, manusia yang terbebas dari manfaat atau bukan, baik atau bukan, memiliki tujuan atau tidak, itulah anak kecil, dengan kepolosan senyum.
Cerminan terakhir dari dimensi terakhirnya adalah mitologi dionisius yang menolak ritmenya apollo, dionisius merupakan antitesis takdirnya apollo. Walaupun ini hanya mitologi tetapi disitulah leyak manusia sesungguhnya yang dinamakan kehendak bebas.
Bukan jasmani, bukan rohani ataupun akal, kehendak bebas merupakan kehendak bebas. Kehendak adalah suatu kemampuan. Manusia bukan tidak sejalan dengan entitas Tertinggi. Entitas Tertinggi dengan sadar memberi kehendak bebas dan akal bagi manusia, perkembangan akal harus memang tak tetrhingga agar bisa mencapai cita-cita entitas Tertinggi. Manusia memang tidak bisa sepenuhnya bisa menerima seperti hujan, sawah, sumber air bahkan jasmani. Jadi apakah memang takdir itu diperlukan oleh manusia? Tanyakan kepada diri sendiri.
...................
Manusia adalah rahasia Tuhan
.................
Hujan, sumber air bahkan apa yang ada di dalam seluruh alam semesta ini mencerminkan penerimaan mutlak makhluk kepada entitas tertinggi, tapi manusia adalah rahasia entitas tertinggi, begitulah yang dikatakan muhammad iqbal dalam bukunya. Manusia dan entitas tertinggi memberika warna bagi kehidupan bumi. Sampai sekarang akupun masih berfikir tentang keindahan yang bernama manusia . aku tidak sekalipun menoloka manusia ataupun bahkan menerimanya tetapi hal ini memang patut untuk difikitrkan. Keindahan akal manusia mana lagi yang lebih inidah dari manusia itu sendiri.
................
Lihatlah manusia
Tuhanpun rahasia manusia
.................
Sumber maron 3 des 2016


Designed by
Blog Need Money | Distributed Deluxe Templates